Jumat, 07 April 2017

Khasiat Dan Manfaat Tanaman Urang Aring

Khasiat Dan Manfaat Tanaman Urang Aring
Urang-aring adalah sejenis tumbuhan, kebanyakan ditemukan liar sebagai gulma, anggota suku  Asteraceae. tanaman ini terkenal oleh kegunaannya sebagai penyubur rambut. Di samping itu, urang-aring juga memiliki khasiat sebagai tumbuhan obat. Beberapa nama-nama lainnya, di antaranya orang-aring (Jw.), te-lenteyan (Md.), daun tinta (Banda), daun sipat, keremak jantan (Mly.) dan false daisy.


Tanaman ini asal-usulnya tidak diketahui. Menyebar luas di seluruh dunia, di wilayah tropika dan subtropika, pada banyak tempat telah berkembang menjadi gulma  yang sangat mengganggu bagi beberapa banyak jenis tanaman pertanian. Di India, Cina, Thailand, dan Brazil, didapati pula di seluruh Indonesia.

Tanaman ini merupakan tanaman obat herba, seluruh bagian tanaman baik segar maupun kering dapat menyembuhkan berbagai penyakit,  sebagai obat luar dan untuk diminum, tanaman ini sudah diteliti oleh ahli farmasi. Dalam industri kosmetika telah diproduksi menjadi minyak rambut urang aring dan sampo urang aring yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Khasiat Dan Manfaat Tanaman Urang Aring
  • Perut mulas : cuci segenggam urang aring, lalu tumbuksampa agak halus. Oleskan ramuan ini di atas perut.
  • Hepatitis : 3 gram daun urang aring, 4 gram temulawak direbus dengan 1 gelas air. Minum ramuan ini 1x sehari.
  • Batuk darah (TBC) : Sekitar 60 gram daun urang-aring segar dilumatkan, diperas. Air perasannya diseduh air hangat, minum.
  • Diare : Ambil 30 gram daun urang-aring segar direbus, minum.
  • Menyuburkan rambut: segenggam daun urang aring dicuci bersih, lalu direma-remas dan rendam dalam air. Gunakan untuk keramas.
  • Kudis : segenggam daun urang aring dicuci bersih, lalu ditumbuk. Oleskan ramuan ini pada kudis.
  • Pewarna : Urang-aring menghasilkan zat pewarna hitam. Cairan sarinya digunakan untuk menghitamkan rambut dan untuk membuat tato.
  • Gusi bengkak :  Ambil daun urang-aring segar, kemudian dipanggang sampai kering. Lalu jadikan bubuk melalui pengolahan. Oleskan bubuk tersebut ke tempat yang sakit.

sumber : wikipedia - Resep Obat Tradisioanal (YS Marjo)

Khasiat Dan Manfaat Tanaman Bunga Rosela

Khasiat Dan Manfaat Tanaman Bunga Rosela
Saat ini terdapat lebih dari 100 varietas rosela yang tersebar di seluruh dunia. Dua varietas yang paling terkenal adalah Sabdariffa dan Altissima Webster. Varietas Sabdariffa mempunyai kelopak bunga yang dapat dimakan, berwarna merah atau kuning pucat, dan kurang banyak mengandung serat. Sementara itu, varietas Altissima Webster sengaja ditanam untuk mendapatkan seratnya, tetapi kelopak dari varietas ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai makanan.

Bunga rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal, artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1cm, pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.

Seluruh bagian tanaman mulai buah, kelopak bunga dan daunnya dapat dimakan, dimanfaatkan sebagai bahan minuman, sari buah, salad, sirup, pudding dan asinan. Minuman dari kelopak bunga rosela, selain mempunyai rasa yang enak juga berkasiat sebagai obat batuk, sebagai obat tradisional.

secara empiris Khasiat Dan Manfaat Tanaman Bunga Rosela sebagai antiseptik (mencegah infeksi), aprodisiak (meningkatkan gairah), digestif (melancarkan pencernaan), demulcent (menetralisir asam lambung) , dan tonik (penambah tenaga). Beberapa zat gizi lain yang terkandung dalam rosela adalah niasin, protrin, dan riboflavia serta besi yang cukup tinggi. Kandungan zat besi pada kelopak segar rosella dapat mencapai 8,89 mg/100g, sedangkan pada daun rosella sebesar 5,4 mg/100g. Selain itu, kelopak rosella mengandung 1,12% protein, 12% serat kasar, 21,89 mg/100g sodium, vitamin C dan A (Mardiah, dkk., 2009).

Selain mengandung vitamin C, kelopak bunga rosela juga mengandung vitamin A dan 18 jenis asam amino yang diperlukan tubuh. Salah satunya adalah arginin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Disamping itu, rosela juga mengandung protein, kalsium dan unsur-unsur yang berguna bagi tubuh (Maryani dan Lusi, 2008).

Secara alamiah zat besi (Fe) pada manusia diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit anemia atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Unsur Fe penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Dengan ini diharapkan kandungan zat besi pada kelopak rosela yang dikonsumsi dapat mensuplai kebutuhan zat besi dalam pembentukan hemoglobin darah.

Demikianlah Tulisan tentang Khasiat Dan Manfaat Tanaman Bunga Rosela,

Semoga Bermanfaat

Kamis, 06 April 2017

Khasiat Dan Manfaat Buah Pinang

Khasiat Dan Manfaat Buah Pinang untuk pengobatan
Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran orang makan sirih, selain gambir dan kapur.

Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji ini juga dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna merah dan bahan penyamak.

Akar pinang jenis pinang itam, di masa lalu digunakan sebagai bahan peracun untuk menyingkirkan musuh atau orang yang tidak disukai. Pelepah daun yang seperti tabung (dikenal sebagai upih) digunakan sebagai pembungkus kue-kue dan makanan. Umbutnya dimakan sebagai lalapan atau dibikin acar.

Khasiat Dan Manfaat Buah Pinang dapat digunakan sebagai obat kudis. Ambilah beberapa buah pinang yang kering. Tumbuk sampai halus seperti bubuk jamu. Agar bubuk pinang dapat melekat pada permukaan kulit pergunakanlah minyak kelapa. Minyak kelapa ini dicampurkan dan di aduk sampai merata. Sebelum memakai obat ini terlebih dahulu tangan atau kaki yang kudisan dicuci bersih.

Khasiat Dan Manfaat Buah Pinang yang lain adalah dapat digunakan sebagai obat cacing atau cacingan. Ambilah bubuk pinang, lalu di seduh dengan air panas. Minumkanlah pada anak yang cacingan. Perut anak yang cacingan dan tampak buncit akan kempes dan cacing dalalm perut akan mabuk dan mencari jalan keluar.

Biji pinang di giling halus dan di seduh dengan satu gelas air panas. Sesudah hangat-hangat kuku tambah 1 sendok madu murni. Diminum sekali sehari pada waktu malam sebelum tidur. Untuk obat cacing tambang.

Buah pinang dan belerang sebanyak 5 gram di haluskan kemudian ditambah dengan minyak kelapa 5 gram dan dipanaskan di atas api yang telah mendidih. Dalam keadaan hangat di oleskan pada bagian yang terkena eksim. Dilakuakan berulang kali.

Semoga bermanfaat

Khasiat Dan Manfaat Jahe Untuk Pengobatan

Khasiat Dan Manfaat Jahe Untuk Pengobatan
Seperti halnya kunyit, Jahe juga merupakan umbi dari tanaman jahe. Dikenal dengan nama jae di Jawa, jahe di Sunda atau Zingiber officinale

Jahe juga merupakan tanaman daerah asia tenggara. Banyak digunakan dinegara Cina dan India, serta merupakan rempah-rempah timur yang pertama kali di kenal di daratan eropa. Pada umumnya jahe di gunakan sebagai bumbu gulai,opor, dan berbagai masakan lainnya. Jahe juga di olah menjadi berbagai produk makanan dan minuman, seperti kembang gula, manisan, acar, serbat, ginger ale, dan ginger beer.

Rasa pedas dari jahe disebabkan oleh suatu zat yang di sebut gingerol atau zingiberol, sedangkan bau khas jahe di timbulkan oleh minyak atsiri yang terdiri dari cineol, borneol, kamfena, phellandrena, dan zingiberena.
Khasiat dan manfaat jahe untuk bumbu dan obat biasanya dipilih jahe yang kecil dan berserat karena jahe yang demikian mengandung lebih banyak zat pedas yang di butuhkan.

Jika di gosokan pada tubuh, jahe dapat memperlancar aliran darah dibawah kulit, memberi rasa hangat, merangsang pengeluaran keringat sehingga dapat menurunkan suhu tubuh. Jahe dianggap dapat merangsang air liur serta melancarkan pencernaan makanan, jahe dapat digunakan untuk menanggulangi gangguan pada perut, hati, serta rematik.

Khasiat dan manfaat jahe yang lain adalah,  meminum air rebusan jahe sangat baik bagi orang yang sedang batuk atau kedinginan untuk mengurangi penderitaannya. Sedangkan untuk mengobati masuk angin dapat di gunakan perasan jahe yang di bubuhi sedikit garam.
Daun ditumbuk dan diberi sedikit air untuk obat kompres pada sakit kepala, dan dicampur dengan makanan untuk obat sakit kepala.

Rimpang ditumbuk dan direbus dengan air mendidih selama lebuh kurang ½ jam, lalu airnya diminum sebagai obat penguat pencernaan makan dan mengusir gas yang ada dilalamnya.

Setengah jari rimpang ditumbuk dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih. Airnya diminum sebagai obat batuk dan demam (2-3 kali sehari.

Rimpang ditumbuk bersama cengkeh, dapat digunakan sebagai obat luar rematik.

Rimpang ditumbuk lalu digunakan sebagai obat gosok pada penyakit gatal karena gigitan serangga.

Semoga Bermanfaat.....

Senin, 13 Maret 2017

Khasiat dan Manfaat Bunga Sebagai Obat

Menurut Wikipedia indonesia Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik  dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air.

Bunga hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai penciri suatu takson. Ada dua bentuk bunga berdasar simetri bentuknya: aktinomorf ("berbentuk bintang", simetri radial) dan zigomorf (simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai.

Bunga selain berguna sebagai penghias ruangan dapat pula berguna sebagai obat untuk penyembuh gigitan semut merah. caranya, petiklah sekuntum bunga (lebih baik bila bunga mawar), lalu gosok-gosokan bunga tadi pada tubuh anda yang terkena gigitan semut maerah.

Selain itu khasiat dan manfaat bunga yang lain adalah untuk menyembuhkan pembengkakan pada kemaluan anak laki-laki yang tidak diketahui sebab musababnya, caranya sama dengan yang diatas yaitu bunga dogosok-gosokan pada kemaluan sang anak, hasilnya..?? pembengkakan akan berangsur-angsur mengempis dengan sendirinya.

Itulah beberapa khasiat dari bunga, semoga dapat bermanfaat.

Selasa, 23 Agustus 2016

Mengenal dan Mengobati Penyakit Virus Ebola Marburg

Penyakit Virus Ebola Marburg juga dikenal dengan penyakit Demam Berdarah Afrika, Penyakit Virus Marburg, Demam Berdarah Virus Ebola. Penyakit Virus Ebola Marburg Merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan penularan dapat terjadi pada semua umur. Antibody dan obat untuk Penyakit Virus Ebola Marburg telah ditemukan namun penanganan pada penderita harus secepat mungkin, Karena penyakit ini termasuk menular dan mematikan.


Mengenal dan Mengobati Penyakit Virus Ebola Marburg

1. Identifikasi Penyakit Virus Ebola Marburg

Yaitu penyakit yang ditandai dengan gejala akut yang parah dan diikuti demam mendadak, kelemahan, nyeri otot, sakit kepala serta faringitis, muntah, diare dan ruam makulopapuler. Sering diikuti dengan diatesa hemoragia disertai dengan kerusakan hati, gagal ginjal, kerusakan otak berat disertai dengan kegagalan fungsi multiorgan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan limfopeni, trombositopenia dan peningkatan kadar transaminase (AST lebih banyak daripada ALT), kadang diikuti hiperamilasemia. Selanjutnya sekitar 25% kasus primer dari Marburg virus berakibat fatal; CFR infeksi Ebola di Afrika berkisar antara 50-90%. 

Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan Elisa terhadap antibodi Ig G (adanya antibodi lg M sebagai tanda infeksi baru); dengan tes Elisa dapat dideteksi antigen dalam darah, serum atau organ homogenitas; dapat juga dengan PCR dengan tes IFA menggunakan antibodi monoklonal dapat ditemukan antigen virus didalam sel hati; dengan isolasi virus pada kultur sel pada marmut. 

 Virus kadang-kadang dapat dilihat dengan preparat irisan hati dengan menggunakan Electron Microscope (EM). Diagnosa postmortem melalui uji Immunohistochemical dari biopsi kulit yang difiksasi dengan formalin dapat juga dilakukan. Tes IFA terhadap antibodi sering salah terutama dalam survei serologis untuk membuktikan adanya infeksi masa lalu. Pengamanan terhadap masyarakat, petugas dan staf laboratorium dari infeksi Ebola harus benar-benar dilakukan (BSL-4= Biosafety Level-4), oleh karena virus ini sangat menular dan berbahaya. 

2. Penyebab Penyakit Virus Ebola Marburg

Virion Marburg berdiameter 80nm dengan panjang 790 nm sedangkan virion Ebola berdiameter 80 nm dengan panjang 970 nm termasuk filoviridae. Dengan ukuran yang lebih panjang, struktur yang berhubungan dengan virion yang berbentuk aneh, bercabang, melingkar mencapai panjang sampai 10 nm.

Virus Marburg memiliki antigen berbeda dengan Ebola. Strain Ebola dari Republik Demokratik Kongo (Zaire), Pantai Gading, Gabon dan Sudan menyebabkan penyakit pada manusia. Strain keempat dari Ebola yaitu Reston dapat menyebabkan penyakit perdarahan fatal pada primata, namun infeksi dapat terjadi juga pada manusia dengan gejala yang asimtomatik.

3. Distribusi Penyakit Virus Ebola Marburg

Tahun 1967 penyakit Marburg telah dilaporkan dalam 6 kali kejadian di Jerman dan Yugoslavia dengan total kasus sebanyak 31 orang (7 orang meninggal) karena terinfeksi melalui monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) dari Uganda; tahun 1975 3 kasus indeks yang fatal ditemukan di Afrika Selatan yang berasal dari Zimbabwe; tahun 1980 ditemukan 2 orang penderita di Kenya, 1 orang meninggal; pada tahun 1982: 1 orang penderita lagi ditemukan di Zimbabwe dan pada tahun 1987 1 kasus fatal terjadi di Kenya. Tahun 1999 di Republik Demokratik Kongo sedikitnya 3 kasus fatal akibat Marburg telah dilaporkan berasal dari 70 kasus yang dicurigai sebagai demam berdarah yang disebabkan virus.

Tahun 1976 penyakit Ebola dilaporkan pertama kali di bagian barat salah satu propinsi di Sudan dan di Zaire yang berjarak sekitar 500 mil dari propinsi tersebut. Saat itu dirawat di rumah sakit dengan CFR mencapai 70%. Kemudian pada daerah yang sama di Sudan pada tahun 1979 terjadi lagi KLB Ebola. Strain virus berbeda ditemukan dari seorang penderita dan dari simpanse pada tahun 1994 di Pantai Gading. Kemudian di sekitar Kitwit, Zaire terjadi KLB besar Ebola pada tahun 1995. Di Gabon pada tahun 1996-1997 terjadi 2 kali KLB dengan jumlah kasus sebanyak 96 orang dengan kematian 68 orang.

Antibodi FA telah ditemukan dikalangan penduduk yang bermukim di daerah sekitar Sub Sahara Afrika namun hubungannya dengan virus Ebola yang virulen tidak diketahui.

Filovirus dikaitkan dengan Ebola diisolasi dari monyet cynomolgus (Macaca fascicularis) yang diekspor dari Filipina ke Amerika Serikat pada tahun 1989, 1990, 1996 dan yang diekspor ke Itali pada tahun 1992; pada waktu itu banyak monyet yang mati. Empat dari lima orang petugas yang sehari-harinya menangani monyet tersebut dalam darahnya ditemukan entibodi spesifik tanpa ada gejala sakit atau demam sebelumnya.

4. Reservoir Penyakit Virus Ebola Marburg

Belum diketahui dan masih dalam penelitian yang ekstensif.

5. Cara Penularan Penyakit Virus Ebola Marburg

Penularan dari orang ke orang dapat terjadi karena kontak langsung melalui darah, sekret, organ dan semen yang terinfeksi. Risiko penularah tertinggi terjadi selama stadium lanjut dari penyakit pada saat penderita muntah, diare, atau mengalami perdarahan. Sedangkan risiko selama masa inkubasi adalah rendah. Pada kondisi alami penularan melalui udara pada manusia belum pernah dilaporkan. Infeksi nosokomial sering terjadi; sebagai gambaran semua penderita Ebola (Zaire) terjadi karena terpajan alat suntik dan jarum yang tercemar dan semua penderita meninggal.

Penularan melalui semen pernah ditemukan setelah 7 minggu si penderita sembuh.

6. Masa Inkubasi Penyakit Virus Ebola Marburg

Masa inkubasi 3 – 9 hari untuk virus Marburg dan 2-21 hari untuk Ebola.

7. Masa Penularan Penyakit Virus Ebola Marburg

Masa penularan dapat terjadi selama darah dan cairan tubuh mengandung virus. Lebih dari 30% sukarelawan/perawat yang merawat penderita di Sudan terinfeksi, sedangkan sebagian besar kontak di rumah tidak terinfeksi. Virus Ebola dapat diisolasi dari cairan pada hari ke-61 dan tidak ditemukan pada hari ke-76 dan hari pertama sakit pada penderita yang tertular di laboratorium.

8. Kerentanan dan Kekebalan Pada Penyakit Virus Ebola Marburg

Semua umur rentan terhadap Ebola.

9. Cara-cara Pemberantasan Penyakit Virus Ebola Marburg

A. Upaya Pencegahan : Lakukan upaya pemberantasan binatang pengerat secara spesifik

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar

1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Kasus individu harus dilaporkan, Kelas 2A

2). Isolasi: segera lakukan isolasi di ruangan terpisah di RS yang bebas dari lalu lalang manusia. Staf dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Karena insidensi infeksi nosokomial rendah, seperti yang dilaporkan dari RS di Afrika maka penderita tidak perlu dirawat di Unit isolasi khusus. Namun kalau terjadi infeksi nosokomial maka prosedur ketat kewaspadaan universal terhadap cairan tubuh dan ekskreta harus dilaksanakan. Perlu disediakan ruang perawatan dengan tekanan negatif dan sediakan juga PPE (Personel Protection Equipment)

3). Disinfeksi serentak : ekskreta, sputum, darah dari pasien dan semua benda-benda yang telah kontak dengan pasien termasuk alat-alat laboratorium yang telah digunakan untuk pemeriksaan darah harus didesinfesikan dengan cairan 0,5% sodium hipoklorit atau phenol 0,5% dengan deterjen dan bila memungkinkan lakukkan pemanasan dengan suhu yang tepat seperti dengan otoklaving, insenerator atau merebus.

Pemeriksaan laboratorium harus dilaksanakan pada fasilitas khusus dengan derajat keamanan yang tinggi. Jika tidak tersedia fasilitas tersebut, maka pemeriksaan harus dilaksanakan dengan prosedur yang minimal dengan menggunakan peralatan untuk kewaspadaan universal yang ada seperti sarung tangan dan biological safety cabinet. Apabila memungkinkan serum dipanaskan pada suhu 60oC (140oF) selama 1 jam. Di AS, laboratorium yang portable, bersama-sama dengan tenaga teknisian laboratorium, dapat diperoleh dari CDC Atlanta, GA. Disinfeksi menyeluruh dan seksama dengan cairan sodium hipoklorit 0,5% atau dengan phenol sudah mencukupi. Sedangkan fumigasi dengan formaldehid dapat dipertimbangkan untuk dilakukan.

4). Karantina: Hanya kegiatan Surveilans yang direkomendasikan untuk dilakukan terhadap kontak dekat.

5). Imunisasi kontak : tidak ada

6). Investigasi kontak dan sumber infeksi: Lakukan identifikasi terhadap semua kontak dekat (dengan siapa mereka tinggal, mereka yang merawat, asal spesimen laboratorium dari penderita atau dari mereka yang kontak dengan pasien) paling sedikit dalam 3 minggu. Lakukan tindakan surveilans yang ketat terhadap kontak sebagai berikut : periksa suhu tubuh paling tidak 2 kali sehari selama paling tidak 3 kali seminggu setelah terpajan. Bila suhunya diatas 38,3 0C (101 0F), segera dibawa ke RS untuk dirawat dengan isolasi ketat. Cari tahu tempat tinggal pasien selama 3 minggu sebelum terinfeksi dan lakukan penyelidikan terhadap kasus yang tidak dilaporkan atau yang tidak terdiagnosa.

7). Pengobatan spesifik : Ribavirin (Virazole®, paling efektif kalau diberikan dalam 6 hari pertama sakit diberikan melalui intravena, pada awalnya 30 mg/kg BB, kemudian 15 mg/kg BB setiap 6 jam selama 4 hari, 8 mg/kg BB setiap 8 jam dalam 6 hari berikutnya sebagai tambahan.

8). Larangan melakukan hubungan seks selama 3 bulan atau sampai hasil pemeriksaan semen menunjukkan bebas virus tersebut.

C. Upaya Penanggulangan Wabah : Tidak dilakukan

D. Implikasi bencana: Mastomys banyak ditemukan didalam rumah dan digudang tempat penyimpanan bahan makanan. Apabila jumlahnya meningkat akan meningkatkan risiko terjadinya penularan pada manusia.

E. Tindakan Internasional: Lakukan notifikasi negara asal penderita dan kepada negara tujuan apabila ditemukan penderita dikalangan para wisatawan. Hal ini dilakukan untuk pencegahan penularan.


Sumber: Manual Pemberantasan Penyakit Menular (MPPM) Edisi 17 Tahun 2000

Cara Dan Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS

Setelah artikel Mengenal Lebih Jelas Tentang Penyakit HIV AIDS maka ada baiknya juga mengetahui Cara Dan Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS, Karena seperti kita ketahui bersama bahwa Penyakit HIV AIDS ini belum ada obatnya jadi hanya Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS ini saja yang saat ini dapat dilakukan agar dapat terhindar dari Penyakit mematikan ini. Pada artikel ini juga dibahas bagaimana Cara Dan Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS Pada orang yang telah terinfeksi agar tidak menular ke orang lain, Di karenakan Penyakit HIV AIDS termasuk dalam kategori penyakit unik dan aneh serta mematikan.



Cara Dan Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS

I. Cara Dan Upaya Pencegahan Penyakit HIV AIDS 

 Program Pencegahan Penyakit HIV AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan atau mengurangi perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV. Upaya pencegahan meliputi :

1) Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat harus menekankan bahwa mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan bagaimana untuk menghindari atau mengurangi kebiasaan yang mendatangkan risiko terkena infeksi HIV. Program untuk anak sekolah harus dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan mereka, begitu juga bagi mereka yang tidak sekolah. Kebutuhan kelompok minoritas, orang-orang dengan bahasa yang berbeda dan bagi penderita tuna netra serta tuna rungu juga harus dipikirkan.

2) Satu-satunya jalan agar tidak terinfeksi adalah dengan tidak melakukan hubungan seks atau hanya berhubungan seks dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap infeksi. Pada situasi lain, kondom lateks harus digunakan dengan benar setiap kali seseorang melakukan hubungan seks secara vaginal, anal atau oral. Kondom lateks dengan pelumas berbahan dasar air dapat menurunkan risiko penularan melalui hubungan seks.

3) Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan mengurangi penularan HIV. Begitu pula Program “Harm reduction”yang menganjurkan para pengguna jarum suntik untuk menggunakan metode dekontaminasi dan menghentikan penggunaan jarum bersama telah terbukti efektif.

4) Menyediakan fasilitas Konseling HIV dimana identitas penderita dirahasiakan atau dilakukan secara anonimus serta menyediakan tempat-tempat untuk melakukan pemeriksaan darah. Faslitas tersebut saat ini telah tersedia di seluruh negara bagian di AS. Konseling, tes HIV secara sukarela dan rujukan medis dianjurkan dilakukan secara rutin pada klinik keluarga berencana dan klinik bersalin, klinik bagi kaum homo dan terhadap komunitas dimana seroprevalens HIV tinggi. Orang yang aktivitas seksualnya tinggi disarankan untuk mencari pengobatan yang tepat bila menderita Penyakit Menular Seksual (PMS).

5) Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin dari standar perawatan kehamilan. Ibu dengan HIV positif harus dievaluasi untuk memperkirakan kebutuhan mereka terhadap terapi zidovudine (ZDV) untuk mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal.

6) Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA, untuk mencegah kontaminasi HIV pada plasma dan darah. Semua darah donor harus diuji antibodi HIV nya. Hanya darah dengan hasil tes negatif yang digunakan. Orang yang mempunyai kebiasaan risiko tinggi terkena HIV sebaiknya tidak mendonorkan plasma, darah, organ-organ untuk transplantasi, sel atau jaringan (termasuk cairan semen untuk inseminasi buatan). Institusi (termasuk bank sperma, bank susu atau bank tulang) yang mengumpulkan plasma, darah atau organ harus menginformasikan tentang peraturan dan kebijakan ini kepada donor potensial dan tes HIV harus dilakukan terhadap semua donor. Apabila mungkin, donasi sperma, susu atau tulang harus dibekukan dan disimpan selama 3 – 6 bulan. Donor yang tetap negatif setelah masa itu dapat di asumsikan tidak terinfeksi pada waktu menjadi donor.

7) Jika hendak melakukan transfusi Dokter harus melihat kondisi pasien dengan teliti apakah ada indikasi medis untuk transfusi. Transfusi otologus sangat dianjurkan.

8) Hanya produk faktor pembekuan darah yang sudah di seleksi dan yang telah diperlakukan dengan semestinya untuk menonaktifkan HIV yang bisa digunakan.

9) Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan, pemakaian dan pembuangan jarum suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya agar tidak tertusuk. Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan lateks, pelindung mata dan alat pelindung lainnya untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang mengandung darah. Setiap tetes darah pasien yang mengenai tubuh petugas kesehatan harus dicuci dengan air dan sabun sesegera mungkin. Kehati-hatian ini harus di lakukan pada semua pasien dan semua prosedur laboratorium (tindakan kewaspadaan universal).

10) WHO merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan infeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin-vaksin EPI (EXPANDED PROGRAMME ON IMMUNIZATION); anak-anak yang menunjukkan gejala sebaiknya tidak mendapat vaksin BCG. Di AS, BCG dan vaksin oral polio tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak yang terinfeksi HIV tidak perduli terhadap ada tidaknya gejala, sedangkan vaksin MMR (measles-mumps-rubella) dapat diberikan kepada anak dengan infeksi HIV.

II. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya :

1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat; mengirimkan laporan resmi kasus AIDS adalah wajib di semua jajaran kesehatan di AS dan hampir di semua negara di dunia. Sebagian besar negara bagian di AS menerapkan sistem pelaporan infeksi HIV ini. Laporan resmi mungkin dibutuhkan di berbagai negara atau provinsi, Kelas 2B (lihat tentang pelaporan penyakit menular)

2). Isolasi; mengisolasi orang dengan HIV positif secara terpisah tidak perlu, tidak efektif dan tidak dibenarkan. “Universal Precaution”(kewaspadaan universal) (q.v) diterapkan untuk semua penderita yang dirawat. Tindakan kewaspadaan tambahan tertentu perlu dilakukan pada infeksi spesifik yang terjadi pada penderita AIDS.

3). Disinfeksi serentak; dilakukan terhadap alat alat yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dengan menggunakan larutan pemutih (chlorine) atau germisida tuberkulosidal.

4). Karantina; tidak diperlukan. Penderita HIV/AIDS dan pasangan seks mereka sebaiknya tidak mendonasikan darah, plasma, organ untuk transplantasi, jaringan, sel, semen untuk inseminasi buatan atau susu untuk bank susu manusia.

5). Imunisasi dari orang orang yang kontak; tidak ada.

6). Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi; Di AS pasangan seks dari para penderita HIV/AIDS atau pasangan pengguna jarum suntik bersama, bila memungkinkan, di laporkan sendiri oleh si penderita. Rujukan oleh petugas di benarkan bila pasien, sesudah dilakukan konseling, tetap menolak untuk memberitahukan pasangan seks mereka, dan untuk itu petugas harus betul-betul yakin bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang membahayakan indeks kasus bila pasangannya diberitahu. Tindakan yang sangat hati-hati harus dilakukan untuk melindungi kerahasiaan penderita.

7). Pengobatan spesifik : di sarankan untuk melakukan diagnosa dini dan melakukan rujukan untuk evaluasi medis. Rujuklah sumber informasi mutakhir tentang obat yang tepat, jadwal dan dosisnya. Pedoman pengobatan HIV/AIDS yang selalu diperbaharui setiap saat tersedia pada “CDC National Clearing house” (1-800-458-5231) dan dapat diakses melalui Clearing house World Wide Website (http:www.cdcnpin.org).

a. Sebelum ditemukan pengobatan antiretrovirus yang relatif efektif, dan tersedia secara rutin di AS sekitar tahun 90-an, pengobatan yang ada pada waktu itu hanya ditujukan kepada penyakit “opportunistic” yang diakibatkan oleh infeksi HIV. Penggunaan TMP-SMX oral untuk tujuan profilaktik, dengan pentamidin aerosol kurang efektif, obat ini di rekomendasikan untuk mencegah penumonia P. carinii. Semua orang yang terinfeksi HIV terhadap mereka harus dilakukan tes tuberkulin dan dievaluasi apakah mereka penderita TBC aktif. Jika diketahui menderita TB aktif, pasien harus diberi terapi anti tuberkulosa. Jika bukan TB aktif, pasien dengan tes tuberkulin positif atau yang anergik tetapi baru saja terpajan dengan TB harus diberikan terapi dengan isoniazid untuk 12 bulan.

b. Keputusan untuk memulai atau merubah terapi antiretrovirus harus di pandu dengan memonitor hasil pemeriksaan parameter laboratorium baik Plasma HIV RNA (viral load) maupun jumlah sel CD4+T dan dengan melihat kondisi klinis dari pasien. Hasil dari dua parameter ini memberikan informasi penting tentang status virologi dan imunologi dari pasien dan risiko dari perkembangan penyakit menjadi AIDS. Sekali keputusan untuk memberi terapi antiretrovirus diambil, pengobatan harus di lakukan dengan agresif dengan tujuan menekan virus semaksimal mungkin. Pada umumnya, harus diawali dengan penggunaan inhibitor protease dan dua inhibitor “non nucleoside reverse transcriptase”. Regimen lain mungkin digunakan tetapi dianggap kurang optimal. Pertimbangan spesifik di berikan kepada orang dewasa dan wanita hamil, dan bagi pasien pasien ini sebaiknya digunakan regimen pengobatan spesifik.

c. Hingga pertengahan tahun 1999, satu-satunya obat yang dapat mengurangi risiko penularan HIV perinatal hanya AZT dan di berikan sesuai dengan regimen berikut: diberikan secara oral sebelum kelahiran, mulai 14 minggu usia kehamilan dan diteruskan sepanjang kehamilan, diberikan intravena selama periode intra-partum; diberikan oral bagi bayi baru lahir hingga berusia 6 minggu. Regimen “chemoprophylactic” ini menurunkan risiko penularan HIV hingga 66 %. Terapi AZT yang lebih singkat mengurangi risiko penularan hingga 40%. Dari studi di Uganda, dilaporkan bahwa pada bulan Juli 1999 dosis tunggal nevirapine yang diberikan kepada ibu yang terinfeksi HIV diikuti dengan dosis tunggal kepada bayi hingga berusia 3 hari, memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kedua terapi diatas. Hanya 13.1 % dari bayi yang mendapat terapi nevirapine yang terinfeksi HIV, dibandingkan dengan 25.1 % dari kelompok yang mendapat terapi AZT. Harga Nevirapine kurang dari 4 dollar satu dosisnya, sehingga prospek untuk melindungi penularan ibu ke anak di negara berkembang lebih memungkinkan di era milinium ini.

Namun, kurang tersedianya fasilitas tes HIV dan jasa konsultasi bagi wanita hamil di negara-negara berkembang yang termiskin di Afrika tetap merupakan sebuah tantangan yang berat. Disamping itu kurang tersedianya pengobatan anti HIV bagi orang dewasa membuat angka anak-anak yang menjadi yatim-piatu bertambah di negara-negara ini.

d. Penanganan tenaga kesehatan yang sehari-harinya terpajan darah dan cairan tubuh yang mungkin mengandung virus HIV sangat kompleks. Sifat pajanan dan faktor-faktor seperti kemungkinan hamil dan strain HIV yang resisten terhadap obat harus dipertimbangkan sebelum Profilaksis HIV pasca pemajanan (Postexposure prophylaxis = PEP) di berikan. Akhir tahun 1999, pemberian PEP yang dianjurkan termasuk pemberian regimen dasar selama 4 minggu yang terdiri dari 2 jenis obat (zidovudine dan lamivudine) untuk semua jenis pemajanan HIV, termasuk juga regimen yang telah dikembangkan, dengan tambahan protease inhibitor (indinavir atau nelfinavir) yang ditujukan bagi orang yang terpajan kuman HIV yang keberadaannya membuat mereka mempunyai risiko tinggi tertular atau utnuk mereka yang diketahui atau dicurigai resisten terhadap satu atau lebih obat antiretroviral yang direkomendasikan untuk PEP. Institusi pelayanan kesehatan seharusnya mempunyai pedoman yang mempermudah dan memberikan akses yang tepat untuk perawatan pasca pemajanan bagi petugas kesehatan dan pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan peristiwa pemajanan.

III. Penanggulangan wabah - HIV saat ini sudah pandemik, dengan jumlah penderita yang sangat besar di laporkan di Amerika, Eropa, Afrika dan Asia Tenggara. Lihat 9A, diatas untuk rekomendasi.

IV. Implikasi bencana - Petugas emergensi harus mengikuti prosedur kewaspadaan universal, jika sarung tangan lateks tidak tersedia dan permukaan kulit kontak dengan darah, harus dicuci sesegera mungkin. Masker, kacamata pelindung dan pakaian pelindung di sarankan untuk dipakai ketika melakukan tindakan yang bisa menyebabkan semburan atau percikan darah atau cairan tubuh. Transfusi untuk keadaan darurat sebaiknya menggunakan darah donor yang telah diskrining terhadap antibodi HIV, jika uji saring tidak mungkin dilakukan maka donasi sebaiknya di terima hanya dari donor yang tidak mempunyai perilaku yang memungkinkan terinfeksi oleh HIV, dan lebih disukai donor yang sebelumnya terbukti negatif untuk antibodi HIV.

V. Tindakan Internasional - Program pencegahan dan pengobatan global dikoordinasi oleh WHO yang dimulai pada tahun 1987. Sejak tahun 1995, program AIDS global dikoordinasikan oleh UNAIDS. Sebenarnya semua negara di seluruh dunia telah mengembangkan program perawatan dan pencegahan AIDS. Beberapa negara telah melembagakan keharusan pemeriksaan AIDS atau HIV untuk masuknya pendatang asing (terutama bagi mereka yang meminta visa tinggal atau visa yang lebih panjang, seperti visa belajar atau visa kerja) WHO dan UNAIDS belum mendukung tindakan ini.




Sumber: Manual Pemberantasan Penyakit Menular (MPPM) Edisi 17 Tahun 2000